Halo... Kenalkan, namaku Zizi... Umurku 10 tahun. Aku terkena penyakit kanker darah, atau leukemia. Inilah cerita tentang sisa-sisa hidupku...
Pagi hari, aku bersiap-siap untuk berangkat ke rumah sakit. Karena, setiap 1 bulan 5 kali, aku harus cek kesehatan tubuhku. Tak lama kemudian, aku dan keluargaberangkat ke rumah sakit.
Setelah selesai Check Up, aku melihat hasil Check Up-ku. Dan ternyata, semua baik-baik saja, kecuali satu, darah putihku lebih banyak di banding darah merah. Lalu dokter menjelaskan bahwa, jika terlalu banyak darah putih, berarti, aku terkena LEUKEMIA. Aku dan keluargaku kaget mendengarnya. Mendengar itu, aku berjanji, akan melakukan yang terbaik sebelum aku KEMBALI PADANYA.
Sampai di rumah, aku segera mengambil buku pelajaran, dan belajar. Setelah selesai belajar, aku membantu ibu memasak. "Zizi, kamu harus banyak istirahat. Nanti penyakitmu makin parah sayang," kata ibu sambil mengelus rambut Zizi. "Enggak apa-apa bu. Justru karena penyakitku ini, aku jadi semangat membantu orang lain," jawabku sambil tersenyum. "Baiklah, terserah kamu, yang penting harus jaga badan ya," jawab ibu. "Oke bu!" jawabku dengan semangat. Setelah selesai membantu ibu memasak, aku menyiram bunga. Kakakku yang melihatku bekerja keras langsung menegorku. "Zi, jangan memaksakan diri. Ntar penyakitmu makin parah lho! Kakak enggak mau penyakitmu makin parah," kata Kak Zee. "Tenang kakakku sayang. Justru karena penyakitku itu, aku jadi ingin membantu orang. Sebelum aku..." kataku. "Jangan, kakak enggak mau kamu pergi Zizi. Kamu harus berusaha. Lawan penyakit itu," kata Kak Zee. "Thanks! Udah nyemangati aku," kataku.
1 bulan kemudian...
"Zizi, prestasimu meningkat drastis! Hebat nak!" kata bu guru. "Makasih bu," kataku sambil tersenyum. Tiba-tiba saja, kepalaku pusing. Tak tau kenapa, tiba-tiba saja. Aku pingsan. Bu guru langsung membawaku ke rumah sakit. Dan menelepon orang tuaku. Ternyata, penyakit leukemiaku masuk STADIUM 3. Keluargaku dan yang lain kaget. Begitu aku sadar, yang kulihat adalah orang-orang yang sedang menangis. "Kenapa kalian menangis?" tanyaku yang tak tau apa-apa. "Penyakitmu masuk stadium 3 Zi," kata Kak Zee. "Apa? Enggak mungkin... Enggak mungkin secepat ini!!! Kakak pasti bohong. Iya kan?" kataku sambil menangis. "Enggak, kakakmu enggak bohong Zi," kata Dea, sahabatku. "Enggak, aku tetep enggak percaya. Mana mungkin stadiumnya naik begitu cepat," kataku. "Tapi Zi, kita enggak bohong," kata Dea. "Diam!!!" teriakku. "Kalian ini, nakut-nakutin aku saja. Kalian ingin aku menderita ya?" kataku sambil menangis. "Tapi Zi," belum selesai Kak Zee bicara, aku sudah berkata. "Jangan nakut-nakutin aku! Sekarang tinggalkan aku sendiri!" teriakku. "Zizi! Semuanya mengkhawatirkan kamu nak. Tapi apa? Kamu membalasanya dengan amarah," jawab ibu. Aku hanya diam. "Zizi, tolong hargai yang lain," kata ibu. "Maaf ya semuanya. Aku sedang marah," kataku sambil menunduk. "Enggak apa-apa kok," jawab semua yang ada di ruangan rumah sakit. Tiba-tiba, kepalaku pusing lagi. Dan, aku kembali pingsan. Semua pun panik, dan dokter langsung datang membantu. Dan semua orang keluar kamar. Tak lama kemudian, dokter keluar. Semua orang bertanya tentang keadaanku. Dokter hanya diam. Lalu menggeleng. "Kami tak bisa melakukan apa pun lagi. Saudari Zizi telah tiada," kata dokter. Semua yang mendengarnya menangis. Tanpa basa-basi, mereka menemui tubuhku yang tak ber-ruh lagi. Semua meminta maaf padaku. Dan, dari alam lain, aku memaafkan mereka. Aku ingin sekali memeluk guru, keluarga, dan teman-teman yang sangat ku cintai. Tapi aku tidak bisa, aku sudah di alam lain. Dan tak punya waktu lagi. Aku sangat-sangat menyesal atas semua yang telah aku lakukan. Tapi aku tetap bersyukur, karena sempat melakukan yang terbaik. Dan sangat-sangat-sangat baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar